Memang benar, bahwa tidak semua hasil evaluasi pelatihan bisa diukur dengan nominal uang. Apalagi secara instan. Tetapi, bagaimanapun juga, pelatihan yang diadakan merupakan bagian dari investasi. Sehingga perhitungan nilai pengembalian investasinya bisa dilakukan terhadap pelatihan yang hasilnya memang teridentifikasi dapat diukur secara nominal.
Peningkatan kompetensi karyawan yang dihubungkan dengan kebutuhan terhadap peningkatan produktivitas, tentunya menjadi hal yang sangat penting. Baik pelatihan yang bersifat hardskill maupun softskill.
Ada 5 tahapan untuk melakukan evaluasi keefektifan pelatihan/ training, termasuk coaching.
Tahap 1 : Reaction
Ukur Reaksi Peserta, yaitu dengan mengukur tingkat kepuasan peserta terhadap program pelatihan yang diikuti.
Tahap 2 : Learning
Ukur Hasil Pemahaman Peserta, yaitu mengukur tingkat pembelajaran yang dialami oleh peserta (misalnya dengan evaluasi hasil pre-test dan post-test).
Tahap 3 : Behaviour
Ukur Dampaknya Terhadap Pencapaian “Gap” Kompetensinya, yaitu mengukur implementasi hasil pelatihan di tempat kerja dan pemantauan peningkatan kompetensi.
Tahap 4 : Result
Ukur % Kontribusi Pelatihan Terhadap Keberhasilan Peningkatan Kinerja, yaitu mengukur dampak-nya di tempat kerja dan besaran nominal rupiah-nya (misalnya berupa cost saving, improvement kinerja, dll).
Tahap 5 : RoTCI (Return on Training/ Coaching Investment)
Ukur Hasil Investasi yang Ditanamkan untuk Pelatihan, yaitu mengukur hasil “Investasi”-nya bagi perusahaan dan ROI-nya (Return on Investment).
Tetapi perlu diingat bahwa tidak semua pelatihan bisa diarahkan hingga ke tahapan evaluasi level 4 dan level 5.