Dalam contoh yang sangat sederhana, proses pemberian stempel pada Telur Asin merupakan proses yang berulang dan cenderung over-processing. Terjadi dua kali proses. Memindahkan telur satu-per-satu, lalu kemudian memberi cap pada telur asin tersebut satu-per-satu.
Salah satu trik yang dilakukan untuk mengatasi “over-processing” dalam contoh kasus ini adalah dengan menggabungkan kedua proses tersebut agar dapat bekerja sekaligus (Prinsip “Combine”).
Alat Stempel diperkecil ukurannya lalu disematkan pada sarung tangan, sehingga ketika memindahkan Telur Asin ke tray telur maka sekaligus telur terkena stempel/ cap tersebut. Tanpa harus membeli mesin yang jauh lebih mahal.
Pertanyaan berikutnya,… kenapa “Tato (cap) pada Telur Asin” seolah terasa begitu penting bagi produsen Telur Asin,.. ? ?
Padahal bagi kebanyakan kita (pelanggan),… “Tato (cap) pada Telur Asin” belum tentu sesuatu yang dianggap penting atau harus ada bagi kita sebagai pelanggan. Dan inilah salah satu ciri kenapa disebut “over-processing”.
Bagaimana dengan Industri lainnya yang lebih kompleks,…? Dalam kasus tertentu, beberapa industri membeli mesin yang mahal dan lebih kompleks, melatih orang, menciptakan proses inspeksi berlapis untuk mengejar tingkat “spesifikasi” yang tinggi, yang pada kenyataannya pelanggan (termasuk stakeholder) memiliki toleransi yang lebih longgar terhadap produk/ layanan tersebut. Itulah yang disebut “Over-Processing”.